KAMPRET Jilid Dua : Saatnya Serius !!!
The Dorm
(kenapa pake foto ini ? simple, karena ga punya poto taiwan, mending ini daripada make peta taiwan kan ?? )
Pertama sekali aku ngucapin, selamat menderita karena udah di tag di catatan kecil ini. Isinya sama sekali tidak penting, tidak menghibur, tidak lucu, akan sangat tegang, dan penuh pola-pola baku. Aku akan memulai tulisan ini dengan serius. Bukan, bukan dengan personil mantan bandnya si Candil itu, secara aku juga tidak mengenal mereka, mungkin aja mereka mengenal aku, ahh...siapa peduli itu :/
Dan mungkin yang membaca note ini akan mengernyitkan dahi dan berpikir "Anak sarap ini sedang nulis note, apa nyicil tesis sih ???". eniwei, mari kita masuk saja ke inti persoalan yang akan kutulis dengan sangat serius ini.
Mungkin kalian belum tau, atau memang gak kepingin tau, bahwasanya aku yang item tapi manis memiliki kemampuan hitung-menghitung yang cukup mengganaskan. Okelah, nilai matematikaku cukup bisa dibanggakan di tingkat kecamatan, namun tidak juga serta merta membuatku setara dengan Einstein tentu saja (bagi yang tidak mengenal Einstein, sayang sekali, dia sudah tiada, dan tidak bisa diajak kenalan lagi). Namun, tidak menyurutkan langkahku untuk tetap mencari kesempatan untuk bisa belajar berhitung lagi. SEKOLAH, ya...sekolah lagi. Berbeda dengan rekanku Delly O’Gober yang berniat memperdalam Tata Boga dan Seni Mencuci Piring yang Baik dan Benar, yang dirasanya akan menjadi nilai tambah dalam menjalani profesi DJ (Disk Jockey,red) kenamaan dan mengharumkan kecamatan Baitusalam, atau keinginan Fahmie KPM yang ingin mendalami jahit-menjahit setelah sekian lama dikecewakan dengan hasil jahitan yang terkadang tangannya panjang sebelah, jahitan kakinya kelebaran, atau seragam dijahit tanpa kerah, apalagi niatan Helmi A. Darmawan untuk mendalami ilmu hitam agar bisa menyantet orang lewat sms atau bbm dan menebak angka togel untuk 8 tahun kedepan. Tidak, niatku tidak semulia mereka. Aku hanya ingin memperdalam studi keuangan, setelah lama kutinggalkan, berdebu, berkarat, dan mungkin nyaris punah.
Setidaknya selama 2 tahun kuhabiskan untuk menjadi “Scholarship Hunter”. Tentu menjadi Pemburu Beasiswa tidak membuat kita harus menjalani latihan militer ataupun basis seperti masuk akademi kepolisian. Kita hanya perlu mempunyai kemampuan browsing internet, catat-mencatat tanggal deadline, dan mengirimkan aplikasi. Kenapa kita perlu mengirimkan aplikasi ? tanyakan pada rumput yang bergoyang
2 Tahun menjadi Pemburu, penuh suka dan duka. Tergantung dari sisi mana kita melihat, jangan melihatnya dari arah yang dihalangi tembok, tentu tidak akan kelihatan, nenek-nenek umur 85 tahun pun tahu itu, kawan. Dan tahukah kalian ? ada berbagai macam tanggapan dari pemberi beasiswa, baik melalui surat biasa maupun elektrronik. Alhamdulillah, tidak ada yang mengirimkan tanggapan melalui telegram atau kode asap. Aku menerima jawaban seperti :
“Dear Febri Rahadi,
Kesiaaaannn deh loooo ga kebagian beasiswa!
Regards,
Gue Banget Loh
Beasiswa Anu Bangettthhh! “
Singkat, padat dan Jelas!
Juga tanggapan...
“Dear Febri Rahadi,
Maafin Mawar yaah, ga bisa ngasi kamu beasiswa lagi. Abisnya udah abis diembat Marwan siihh. Sekali lagi, maafin Mawar ya ? Salam manis buat Keluarga
Tertanda,
Mawar
Beasiswa Behasiswi Berduri
Bahkan, Email....
“Dear Christian Sugiono,
Seneng banget deh rasanya bisa ngasiin kabar ke kamuh, bahwa kamuh ituh dapet beasiswa ini loh..bla..bla..bla...
Peluk Ciyuum,
Mbak Yu
Beasiswa Peduli Mbak Mbak
Oke, sejujurnya, aku sedikit terkejut. Bukan, bukan karena aku mendapat beasiswa, tapi dia menyebutku dengan nama “cantik” ku, jarang sekali kejadian. Ini hanya menjadi panggilan “sayang” dari orang tertentu.
Maka aku membalas email tersebut dengan suka cita
“Dear Mbakyu,
Gini loh Mbak, sebelumnya aku makasi banget ama Mbak yang udah mau ngirim email ke aku. Pake nyebut nama keren ku lagii, Cuma mau mastiin mbak, nama Febri Rahadi dapet kan mbak ?
Sekian dan terima kasih
Febri “Christian Sugiono” Rahadi
Dan dibalas oleh si Mbakyu..
“Dear Item,
Sowryyy banget banget, tem. Aku salah kirim email looh...bukannya buat kamu, tapi beneran buat Tian. Kamu jangan GR dulu yee, ndak ada ituh buat kamuhh.
Ga Jadi Peluk Ciyum dwehh...
Mbak Yu “
Sial...!
Hingga, suatu pagi, ketika aku tengah bersantai, menikmati secangkir kopi, sambil menonton Dahsyat (oke, acara ini sebenernya tidak layak disebutin, ngapain juga pagi2 nonton orang lipsync sambil dirubungin orang yang jogetnya maksa??tapi terpaksa, agar sense cerita ini menjadi jelas, sejelas jidat Fitri Tropika!) aku membuka email dan mendapati...
“Dear Febri Rahadi Febri Rahadi (ya...namaku disebut dua kali, mungkin sengaja, biar tidak terjadi kesalahan nama, mungkin si pengirim pernah mengalami kejadian sepertiku sebelumnya)
Sampai jumpa di Jakar...umm....i Mean, di Taiwan!!!
Regards,
Kita-Kita Disini
Sedikit Syok, yah, rasanya seperti ingin salto kebelakang sambil kayang. Mungkin dapat dijabarkan layaknya pepatah “Seperti Neil Amstrong merindukan Bulan”. Perjuangan mendapatkan beasiswa akhirnya terpenuhi juga. Namun, sedikit gamang juga ternyata saudara-saudara. Mendapati keadaan ini, berarti akan meninggalkan orang-orang tercinta, terkasih dan tersayang, juga fans yang mengelu-elukan diriku ini. Dan aku menyimpan kabar ini dalam hati saja, untuk sejenak. Orang pertama yang kuajak diskusi adalah mantan pacar. Sebenernya, ingin rasanya berdiskusi dengan Pak Lurah, sayang dia sering tidak ada ditempat (dasar, makan gaji buta...cks!). Diskusi tidak mengarah kemana pun, yang terjadi malah “nostalgiaaaaa maaasaaaa berpaaaaacaaaaaraaann” maka kemudian kemudian aku melempar isu tersebut kearah teman-teman semeja perkopian. 20 persen adalah kontribusi positif 80 persen lainnya adalah ide-ide yang naudzubillahi min dzaa lik, tidak pantas dituliskan disini. Intinya adalah “GO ON!!” (yang bacanya BLO ON, berarti udah bisa periksa mata!).
Lalu kemudian, singkat kata singkat cerita, aku berdiskusi dengan kedua orang tua, dan mereka juga sama, “Maju terus Nak, Pantang Mundur. Walaupun kamu bukan brimob, jangan ragu-ragu!!”. Maka kuputuskan menerima pinangan universitas di Taiwan tersebut.
Maka selanjutnya adalah persiapan untuk berangkat. Perancangan acara perpisahan, potong tumpeng, gunting pita dan lain sebagainya juga kulakukan. Aku mengajak temanku untuk mendaki gunung. (oke, ini bukan pesta, ini namanya cari kerjaan), tapi apa nyana, mereka menolak, dengan alasan yang tidak masuk akal. Seperti Delly yang mengatakan ia harus stand by menghudupkan genset, atau Helmi yang harus mengantarkan ibunya setiap hari, atau Beckal misalnya, yang sering mengeluh tidak enak badan. Aku pun merasakan kesedihan yang mendalam. Akhirnya acara perpisahan hanyalah lomba menghabiskan kopi seember dalam tempo semalam suntuk. Tapi, selama itu dilakukan dengan sahabat, maka semuanya akan menjadi menarik, bukan ?
(catatan : mungkin paragraf ini akan di cerca habis2an, mohon jangan didengarkan komentar2 miring dari pencerca kelak, mereka akan menebar banyak fitnah)
Dan sebenarnya, ditengah persiapan itu, aku masih berada diantara...asmirandah dan titi kamal.....umm....bukan, maksudnya, aku masih berada dalam kegamangan untuk pergi atau tidak. Ya, ini yang aku kejar, dan kenapa mesti menundanya atau malah menolaknya ? maka, alhasil, seperti layaknya “anak baru gede yang labil” (ABABIL, dan ini bukan yang termasuk jenis burung, red), hingga menjelang hari keberangkatan, aku belum packing. Aku masih menghabiskan waktu bersama rekan-rekan lain, karena aku tau, suatu saat nanti, aku akan sangat merindukan semuanya. (aseeeekkkkkk....dalemm bangeeett kalimatnya, No)
Dan kemudian, hari keberangkatan.
Aku menolak untuk diantarkan dengan iring-ringan truk dari remaja Indrapuri. Terlalu mubazir, pikirku. Namun tetap, aku menyediakan waktu dan tempat untuk foto bareng dengan fans setia yang menungguku di bandara lengkap dengan umbul-umbul dan spanduk bertuliskan “We Gonna Miss You, No! Pulang Cepat, Jadilah TKI yang bermartabat!!”. Ya, meskipun miris juga membaca tulisan di spanduk tersebut, toh, demi kemaslahatan ummat, aku tetap memberikan lambaian tangan dan kecupan di kening yang memegang spanduk tersebut. Dan selanjutnya yang kuketahui dia terkapar dan dibopong menuju ambulans.
Eniwey, im Boarding, dan Leaving on a Jet Plane....
(To Be Continued....Ntar dilanjutin disaat lebih serius)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar