• Bukan catatan pra-sejarah!

    KAMPRET JILID 5 : Sok Inggris ihh !




    Okeh, lanjut lagi eh ? * EEEEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHH!! *

    Jadi, berhubung hujan sudah mulai turun, primbon nomor bus juga hilang, aku memutuskan naik taksi saja. Setelah aku duduk, aku baru menyadari, tidak menukar uang dalam jumlah banyak. Aku pun kemudian melihat kearah dashboard taksi tersebut, mencari argo untuk memastikan pergerakan biayanya yang akan kusesuaikan dengan beberapa NTD yang kukantongi saat ini. Aku tidak menemukan argo, taksi ini walau kuning warnanya, tapi tidak ada argo. 

    Aku curiga ini bukan taksi, ini salah satu Autobot di film Transformer, si Bumblebee pasti nih, dan aku terpilih sebagai salah satu Hero yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman...*PLAAAAK!!!* *JEH??KOK DITAMPAR?AKU LAGI NULES!!* *IYA NULESNYA YANG FOKUS BISA????*

    *Cks!* Taksi itu tidak memiliki argo. Jujur, aku sedikit panik. Maka kuberanikan diri aja untuk bertanya

    "Sir, excuse me,.." belum habis aku berbicara, sang supir sudah memotong 

    "Hayya, sing soa cuo cie cao sing sing soa haa " Katanya

    Matilah kita...!

    Aku teringat perkataan Bapak Gado Gado (siapa bapak gado-gado? baca di sini) bahwa tujuanku sebenarnya tidak jauh. Tapi itungan bapak itu tidak jauh tadi, sejam perjalanan juga. Maka dengan berbekal kemampuan kalkulus yang tak jauh dari nilai D, dan sempoa yang kuculik dari keponakanku, aku mencoba memasukkan fungsi ongkos yang merupakan fungsi aljabar polynomial quatric dan mencoba mencari faktornya sehingga mungkin keresahanku akan ongkos yang harus kubayar ini terjawab.

    Hasilnya, Nihil!

    Ternyata, tak lama kemudian, aku sampai ke pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Tidak, aku sampai di gerbang Yuan Ze University. Supir taksi tersebut menunjuk-nunjuk ke arah kaca, dan aku melihat tidak ada apapun disana. Dia tetap menunjuk-nunjuk, maka inisiatif saja, kubuka kaca jendelanya. Mungkin dia kepanasan kali ya? sambil aku menawarkan amplop yang ku kipas-kipaskan, memberi isyarat biar dia kipas-kipas kalau kepanasan juga.. Dan mendadak dengan susah payahnya dia mengarahkan tangan ke kenop pintu dan membukanya sambil menunjuk-nunjuk. Ohh, maksudnya suruh keluar gitu? kenapa gak ngomong aja sih, pak? *yeaaaaaaaaaaaaaaahhhhh*

    Dia menunjuk ke arah pos jaga, yang ternyata didalamnya ada isinya. Alhamdulillah, isinya bukan roh halus atau hantu nenek gayung atau apalah yang semacam itu. Isinya pak satpam dan gadis muda dengan rompi berwarna merah menyala. Mungkinkah kakak itu Baywatch?

    Ternyata, kakak itu adalah mahasiswi kampusku juga. Dia bisa berbahasa inggris. "Alhamdulillah ya Allah", ucapku beryukur. Akhirnya ada juga yang berbahasa non-singsoa disini. Lalu kemudian kujulurkan amplop surat penerimaan kepadanya sambil berkata

    "I want to go to this office, miss. Do you know where is it?" (Terjemah : Awak mau ke kantor ini kak, kakak tau dimana kantornya?)

    "Hm, Should or shouldn't I? (Terjemah : Hmm, Kasiiii tauuu gak eeeeaaaaaaaahhhhh)

    "Man, come on, i need to go to the office ASAP!" (Terjemah : Alah kakak ni, pelit kali, itu aja gak kasi tau)

    "You really want to know the direction to the office, dont you?" (Terjemah : Mau tau aja, apa mau tau banget sih???)

    "YES!" (Terjemah : Ya Iyalah, masak ya Tayyibah? MAU TAU KALI KALI KALI!)

    "You go straight ahead then you turn right, walk for 50 steps, the building is on your left side" (Terjemah : Lurus aja sampe bosan, terus ntar ketemu simpang, belok kanan, jalan lagi sambil nyanyi-nyanyi lagu Jaja Miharja, pas abis satu lagu, nyampe lah dia. Gedungnya disebelah kiri kee nantik)

    Setelah percapakan panjang, dia akhirnya mau juga menunjukkan kemana aku harus melangkah. Berhubung hujan, dan masih agak jauh, aku memintanya untuk menjelaskan kepada pak supir. Jadi, aku bisa turun didepan gedung saja, tanpa kebasahan, karena jika basah aku takut warna eksotik tubuhku ini akan luntur, dan aku tidak bisa tampil dengan gaya lagi. Tak lupa, aku memintanya menanyakan berapa ongkos taksi yang harus kubayar, sambil was was tentunya, ternyata ongkosnya hanya 150NTD saja. Alhamdulilah, tak jadi aku meminta sedekah karena kurang duit jadinya.

    Sesampai di gedung itu, aku bergegas menuju ruang yang sudah diberitahukan oleh kakak di pos jaga di gerbang tadi. Sampai di depan pintu, aku mendehem sedikit, sekedar mengetes kualitas suara yang merdu ini. Aku juga menyisir rambut dengan tangan, sedikit menarik bagian poni. Aku mencium aroma disekitar ketiak, "Hmmmmm....Aman!". Dan aku sudah mengatur kata-kata yang akan kuucapkan didepan petugasnya nanti.

    Aku membuka handle pintu, dan 5 pasang mata serentak menatapku.

    Aku pun melihat kebelakangku, mengira mungkin ada sesuatu yang membuat mereka kompak menatap. tak lupa, memeriksa resleting celana, alhamdulillah tidak terbuka. Jadi kenapa mereka kompak menatap? apa sebegitu magis nya daya tarikku ?

    Maka aku melangkah dengan tegap. Seperti seorang kapiten yang mempunyai pedang panjang, aku mendekati seorang petugas. sepertinya dia mahasiswa juga, kaya kakak yang di pos jaga itu. laki-laki berperawakan kecil, berkacamata, dan tersenyum ramah. ketika dia tersenyum, matanya menghilang. Mudah-mudahan dia bukan alien.

    "Excuse me, My name is Febri Rahadi from Indonesia, and i'm a new student. I want to register, and apply for dormitory" Kataku mantap, sekli tarikan nafas, persis kaya orang sedang ijab qabul.

    Ternyata...

    "Ah, Febri. Saye Lim. Saye memang sudah tunggu awak sampai dari pagi tadi. Saye roommate awak, sayapun kerje disini lah. Bila awak sampai?seorang sahaja ? Takde student dari Indonesia yang laen yang ikot awak?" cerocosnya.

    Matilah kita....Lagi.

    Lim, yang secara sah kutuduh didalam hati sebagai Taiwanese ternyata berasal dari Malaysia. Bahasa melayunya sangat lancar, mengalir lancar seperti aliran Krueng Daroy  ke Krueng Aceh. Aku yang sudah sok paten berbahasa inggris dari tadi pagi, sampai sore pun masih dikejuti dengan temuan temuan baru. Mulai dari tidak ada yang mengerti, hingga dijawab dengan bahasa serumpun. Ingin rasanya merobek robek Sertifikat TOEFL, secara gak berguna dari awal kedatanganku, hingga sampai di kantor OIA ini. Aku hanya bisa menangis tersedu di pojokan dan menyesali semua yang terjadi. *Kamera zoom in, zoom out, kek sinetron*

    "Febri, awak kenape?jom kite pergi ke bilik awak. Awak boleh register tomorrow lah." Ujarnya kemudian

    Dengan langkah terseret-seret, aku mengikuti Lim yang terus saja berbicara entah hapa-hapa. 

    (Bersambung lagi lah ya.....)

    2 komentar:

    1. "You go straight ahead then you turn right, walk for 50 steps, the building is on your left side"

      apa itu artinya om buat om -_- yg lurus sampe bosan pulak lagi... org 50 langkah... gpp tpi bagus tu

      BalasHapus
      Balasan
      1. Hahaha, itu terjemahan bebas, Daf. Terjemahan yang oom ambil dari kamus bahasa jawa. hahahahha....:p

        Hapus

     

    About