Stress masih melanda, lalu aku iseng membuka catatan-catatan lama, catatan waktu masih lucu-lucunya, ngegemesin, pengen dicubit pipinya....
Sekarang kalo ada yang cubit pipi, kalo laki berarti ngajak beklaik, kalo cewe, diajak ibu negara beklaik...
Beginilah catatan itu....
Aku rasa, catatan ini masih cukup relevan dengan kondisi saat ini. Masyarakat belum kaya raya, meski kiri kanan kulihat saja penuh pohonAir buah kelapa muda dicari karena menyegarkan. Kelapa tua dan santannya dicari untuk bahan masakan. Daun kelapa yang dianyam bisa menjadi tikar. Lidinya pun laku dijual, entah jadi tusuk sate atau sapu lidi. Lalu bagaimana batangnya? Bisa jadi jembatan, kursi darurat, atau bahkan tiang untuk rumah kita. Bahkan batoknya, iya batoknya, bisa jadi hiasan, bisa jadi centong juga. Dan, ketika pohonnya sudah habis terjual, pujangga pun menjadikannya syair, bahkan dijadikan lagu. Kaya sekali pastinya yang memiliki pohon kelapa. Dikampungku, ada banyak pohon kelapa, tapi sedikit yang kaya raya. Aku curiga, pohonnya itu terbuat dari plastik dan bertuliskan “Made In China”. (Pepno, diambil dari catatan lama)
Gambar Pohon Kelapa, iya, Kelapa, Bukan Kurma, dari Sini
Masyarakat kita lebih terpesona dengan
Kita lupa, kita belum sejahtera.
Kembali ke Rayuan Batang Kelapa, sampai saat ini, komoditi ini masih belum dapat mengarahkan masyarakat kita menjadi Sejahtera Dunia (entahlah kalo Sejahtera Di Akhirat, aku gak tau juga, red). Menurut Kemenperin , negara kita merupakan negara pengekspor kelapa terbesar didunia. Jika penalaranku tidak salah, ini dari segi kuantitas ekspor, bukan dari ukuran fisik kelapa itu. Karena agak-agak gelik gimana gitu kalo dari ukuran bentuk kelapanya, mungkin kelapanya kurang diet, ngeGym, dan akhirnya obesitas. Tapi,sebenarnya tak ada kelapa obesitas, ditandai dengan tidak adanya gym yang menerima member untuk kelapa. Nah, udahlah kita jadi negara eksportir kelapa terbesar, masih belom kita sejahtera?
Maka pantaslah aku menduga kalau-kalau pohon-pohon kelapa kita itu sebenarnya plastik. Mungkin pohon kelapa kita tidak menarik orang untuk mengkonsumsinya. Patut dipertanyakan kenapa masih belum kita bahagia dari kelapa, bisa jadi karena tidak ada tata kelola khusus dalam pemanfaatan kelapa secara efisien.
Paragraf ini seolah-olah ditulis secara serius, padahal mah, seratus persen masih iseng, cuma dipakein bahasa sok ketinggian aja.
Akhiru kalam, saat ini, kelapa masih kalah seksi dengan sawit. Tidak ada kasus lahan
Priyanka Kopra.
The End.
0 komentar:
Posting Komentar