• Bukan catatan pra-sejarah!

    Blaa...Bla...Bla...juga manusia
    (catatan tentang kata-kata anti-kritis)


    "WH juga manusia, Satpol PP juga manusia, Rocker juga manusia, KBH RX juga (awalnya) manusia (sebelum mantra aji dan berubah menjadi paduan manusia dan belalang)"

    Maka pertanyaannya menjadi.....

    "Yang bilang mereka bukan manusia siapa ??"

    :)

    Adalah mungkin dalam beberapa hari, dan mungkin pekan, kebelakang, kata-kata ini semakin sering dan santer terdengar, diberbagai kolom pembaca, di berbagai layanan sms di media massa, dan di berbagai milis, forum, hingga mungkin ketika duduk-duduk di sebuah warung kopi di sudut antah berantah di sebuah kota kecil yang bahkan tidak memiliki bioskop....:)

    Entah mengapa, pagi tadi, aku dan ibunda tercinta, tiba-tiba terlibat pembicaraan yang (mungkin bagi sebagian orang) tidak penting ini. Dimulai ketika membahas tentang dicokoknya salah satu mantan menteri yang kemudian dijadikan tersangka kasus korupsi pengadaan mesin jahit. Adalah kemudian ketika, di suatu kolom media aku membaca bahwa "...yaahh namanya Menteri juga manusia", maka hal ini membuatku tergelitik untuk membahasnya, dan yang tertimpa kesialan tersebut adalah ibunda yang sedang bersiap-siap hendak pergi ke suatu undangan (yang aku juga lupa nanya undangan apa sih...:)) )

    Sayangnya percakapan anak manis dan ibundanya terputus begitu saja tanpa konklusi selain kata "hom hai....ibun mu pegi dulu ya ma si acu..."....:))

    Lalu kemudian (setelah tadi malam sukses bergadang sampai jam 4 hanya dengan menulis-nulis entah hapa-hapa akibat kekurangan ide menghayal) aku mencoba menghayal tentang konsep "bla bla bla juga manusia", keterkaitannya dengan fitrah manusia yang gampang khilaf dan salah.

    Satahu aku, bahwasanya khilaf dan salah adalah benar menjadi fitrah manusia. Namun pada kondisinya, khilaf dan salah ini terjadi bukan karena kesengajaan. aku mencoba mencari makna dari khilaf pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dan mendapatkan ini :

    "KHILAFkhi.laf
    [a] keliru; salah (yg tidak disengaja)"

    Then back to our topik, "bla, bla, bla juga manusia". Maka aku bertanya lagi, "Memang ada gitu, korupsi yang ga disengaja ?", juga "Apa oknum WH memperkosa itu dengan tidak sengaja ? ada ya perkosaan tidak disengaja ?", juga "wah baru tau kalu oknum satpol pp bikin video mesum dengan abege secara tidak disengaja".....

    :))


    Maka pada dimensi ini, kita berada pada suatu kondisi dimana penabalan "khilaf" pada konsep "bla.bla.bla juga manusia" adalah sangat-sangat ngawur dan tidak beralasan.

    Mungkin aku tidak perlu mempermasalahkan ini ketika khilafnya adalah ketika seseorang dilanda amarah yang tinggi, tiba-tiba khilaf memukul. atau kemudian ketika sesorang yang merasa bahwa dia disepelekan Tuhan kemudian memaki Tuhan dengan sejadi-jadinya, atau pada saat kita merasa letih dengan segala usaha yang tidak berhasil dan kemudian putus asa lalu berusaha bunuh diri namun tidak berhasil karena dilihat oleh seseorang....

    Maka aku percaya kata "khilaf" tepat dipakai di sini....

    Tapi, semenjak kita kecil "Mencuri" adalah diketahui berdosa, dan "Korupsi" adalah bentuk kata indah dari "Mencuri" . Apakah ada yang mencuri dengan tidak disengaja ?
    Mesum tidak disengaja ?. Padahal dari semenjak Republik ini berdiri, isu korupsi adalah isu yang santer, maka amat sangat mustahil, pribadi manusia Indonesia tidak tahu apa itu korupsi dan dosanya dan imbasnya dan sanksinya. Apakah ini termasuk kesalahan yang "tidak disengaja" dan patut mendapat porsi yang sama dengan "khilaf" nya pelampiasan kemarahan kemudian memukul tadi ?

    Secara rasional dan akal sehat ku, aku tidak pernah setuju akan hal ini, tapi entah dengan kalian. :D. Kita hidup di alam demokrasi dan semua orang berhak punya pendapat...bukan begitu bukan ???

    :D

    Dan lagi, kalimat ini juga memicu kita semakin dalam menjadi bangsa komentator, bangsa yang semakin apatis, bangsa yang tidak perduli apapun selain perut (dan mungkin juga sejengkal di bawahnya) sendiri.....

    Semakin lama segala bentuk penyimpangan menjadi bentuk biasa, lazim, dan menjadi hal yang tidak perlu dibahas terlalu dalam (mungkin sederhananya, "asal ga kena gw ajaa, kalu kena.wuthaaaaaa'). kita akan cukup berkata "aahh....kan manusiawi", maka habis perkara. Dan selanjutnya kesalahan besar menjadi kecil dimata masyarakat, dan kesalahan kecil menjadi tidak ada....:)

    Aku tidak ingin berpanjang lebar, hanya ingin mengutarakan saja, toh pun juga belum punya konklusi untuk hal ini, tapi mungkin dengan catatan ini, ada beberapa orang diluar sana tergelitik hatinya dan kemudian berpikir yang sama dan kemudian punya hasil dan kesimpulan mengenai hal ini....:)

    Kita tau kita manusia, dan kita tau kita sering khilaf, salah, dan dosa. Hanya saja, meskipun dosa adalah bentuk abstrak (yang tidak berupa besi ataupun batu yang menimpa kita ketika kita berbuat kesalahan), bukan berarti kita dengan sangat mudah berkelit dan kemudian memperlihatkan bahwa kesalahan adalah suatu bentuk kebiasaan. Benar bahwasanya penerimaan taubat adalah mutlak milik Tuhan, tapi bukankah Tuhan juga tau apa-apa yang ada di hati kita ?

    :)

    Khilaf adalah Fitrah manusia, yang bukan berbentuk kebiasaan, tapi faktor yang menunjukkan ketidak sempurnaan kita. Maka selanjutnya untuk menunjukkan kita berkualitas, absolutely state of the art wannabe, dan menunjukkan hamba yang taat, sudah sepantasnya kita berhenti membiasakan diri dari kesalahan, dan menganggap itu adalah beban bukan ?

    :D

    Berbahagialah mereka-mereka yang sadar tatkala melakukan kekhilafan dan tidak mengulanginya kembali di waktu yang lain, dan tidak dengan entengnya berkata "Ahh....saya juga manusia".......:)

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    About