• Bukan catatan pra-sejarah!

    Manajemen Buang Angin : Sebuah Pemikiran


    Gambar diambil dari google
    Pernahkah kalian di keramaian mendadak ingin buang angin? mungkin mencoba menahannya, berusaha agar angin batal keluar atau mencoba mengeluarkannya perlahan, perlahan, perlahan namun pasti dengan meminimalisir aroma dan suara. Atau juga, kalian akan mencoba sesuatu untuk mengalihkan perhatian, katakanlah dengan tertawa terbahak sambil buang angin, atau membunyi-bunyikan sesuatu, atau menyemprot parfum untuk mengelabui indera penciuman rekan-rekan kalian dari aroma yang mungkin keluar dengan angin yang ditahan itu. 

    Aku pernah, dan mungkin sering. 

    Buang angin ini sebenarnya bukan hal yang luar biasa, karena memang semua orang melakukannya. Malah perlu, karena kalau tidak dibuang, musibahlah kita. Namun, ditengah keramaian, hal yang jamak ini menjadi istimewa, menjadi sesuatu hal yang sepertinya luar biasa, meski arahnya itu bertanda negatif. Kita bisa dianggap kurang sopan, tidak tau tata-krama, atau menjadi bahan olok-olok hanya karena kita sengaja atau tanpa sengaja tertangkap basah membuang angin didepan khalayak ramai tersebut. Padahal, jika ditanyakan satu persatu, mungkin orang-orang tersebut pernah melakukannya juga, atau bahkan sering, hanya mungkin secara silent dan tidak menarik perhatian. 

    Hari ini sedang musim orang berpidato, dan di pidato-pidato itu sering kali banyak angin yang dibuang. Tapi, angin-angin ini ditanggapi dengan sorak sorai, dengan gegap-gempita. Ada yang bernyanyi dan berjoget ketika angin-angin ini dikeluarkan. Anak-anak hingga kakek-nenek ikut serta "menghirup" angin. Angin yang dibuang ini sepertinya wangi, semerbak seperti bunga-bunga ditaman. Banyak yang terbuai dengan angin ini. Beberapa bahkan kedengaran seperti angin surga, tapi semuanya tak perduli. 

    Penebar angin ini, banyak yang dulunya menebar angin yang baunya busuk bukan main. Yang suaranya bahkan menyiksa telinga kita ketika anginnya keluar. Tapi hari ini, karena aromanya lain, maka orang mungkin lupa, bahwa angin itu keluar dari perut yang sama, dan mungkin masih makan-makanan yang sama. Aku mengira, mungkin mereka memakan bunga-bungaan pula, atau meminum ramuan-ramuan parfum yang bisa mengkamuflasekan aroma yang sebenarnya. 

    Entahlah, karena buang angin sejatinya wajib, agar perut tetap sehat, mungkin beberapa orang malah tak perduli. Toh, besok dia akan buang angin lagi, lagi dan lagi. Atau beberapa orang merasa, mereka melakukan hal yang sama, sama sama buang angin, jadi saling tau sama tau sajalah.

    Lalu, kembali ke paragraf pertama, bahwasanya perut kita tengah kembung dan angin tengah siap meluncur. Apa kemudian akan kita lepas saja, mungkin orang akan berjoget pula. Atau kita tahan, biar kita saja yang tahu dan menikmati sakitnya menahan angin, hingga nanti disaat yang tepat, disaat sendirian kita lepas semuanya.

    Aku rasa, aku perlu mempelajari lagi lebih dalam tentang Manajemen Buang Angin ini.

    (di repost dari note facebook, dengan beberapa perubahan, ;) )

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    About