• Bukan catatan pra-sejarah!

    Membahas matematika tanpa matimatian.....


    Gambar diambil dari http://ceritaam.blogspot.com/2013/08/peribahasa.html
    Pertama-tama, aku bukan ahli matematika. aku hanyalah mantan mahasiswa yang terperosok kedalam jurang matematika dan berupaya matimatian untuk bisa menyelamatkan diri. Alhamdulillah, aku selamat. Tentunya ini kabar gembira bukan?selain kabar gembira bahwa kulit manggis kini sudah ada ekstraknya.

    Kedua-dua, pemaparan yang akan aku uraikan dibawah nanti bukanlah pemaparan yang didasarkan dari semedi 40 hari 40 malam, gak kuat abang dek!. Ide untuk memaparkan ini adalah dikarenakan begitu banyak argumen muncul di dunia maya saat ini. Dalam pikiranku, kenapa aku tidak coba ikutan membahas saja?itung-itung ikutan eksis kan ya?

    Ketiga-tiga, Inti dari pemaparanku kelak kuharap bisa menyelasaikan masalah matematika yang lagi naik daun itu. Bukan berarti menyelesaikan masalah tanpa masalah, karena itu sudah tugasnya pegadaian. Bukan pula kemudian dengan serta merta setelah kalian membaca kemudian malah berupaya untuk curhat dan berharap aku akan membantu kalian memecahkan masalah kalian juga. Aku bukan mamah dedeh!

    Satu dua tiga, aku sayang semuanya!....*lalu semua mendadak hening* *kriiik*

    Okeh, kita mulai saja.

    Sebelumnya, Matematika dianggap sebagai objek yang males pake banget untuk dijadikan bahan renungan sebelum bobo malam sambil online di dunia maya. Namun semua berubah ketika negara api menyerang beberapa hari ini. Mendadak matematika jadi buah bibir. kalo dulu sih, boro-boro. Dengerin matematika malah bikin gejala tifus. Mari kita salahkan semua pada seorang mahasiswa teknik mesin dari Universitas Diponegoro (Undip) yang bernama Muhammad Erfas Maulana. postingan si mas ini di dunia maya lah yang menyebabkan matematika mendadak jadi lebih ngetren daripada postingan seorang hamba tuhan yang menanyakan judul lagu yang katanya berlirik "Amburegul, emeseyu, bahrelway bahrelway". 


    Doi mempertanyakan logika matematika dalam soal tugas adiknya yang kelas II SD. Dalam soal itu, sang guru meminta adik doski untuk menyatakan 4+4+4+4+4+4 dalam operasi perkalian. Tentu dia tidak mempertanyakan dalam Operasi Ketupat, karena itu biasanya diadakan menjelang lebaran. Pun pelaksananya pihak-pihak dari Polda, bukan guru juga. Ada sih yang guru ikut operasi ketupat, tapi mungkin guru karate di pendidikan calon bintara polisi. Dia juga tidak mempertanyakannya di Operasi Usus Buntu, karena kalo banyak tanya takutnya malah dilibas sama dokter yang sedang operasi. Sukur-sukur mulut gak dibungkam.....pake kateter. 

    Nah, kabarnya, si adik menjawab soalan si guru dengan jawaban 4x6. Jawaban ini dianggap salah oleh si guru, dimana di kertas jawaban itu si guru meninggalkan jejak misteri berupa jawaban 6x4. Misteri ini mendadak menjadi isi obrolan semua orang, dari esmud hingga guru PAUD, dari tukang becak sampai petani tambak, dari dosen sampai tukang di bengkel tempahan kusen, dari mahasiswa sampai mahabrata....mungkin. Intinya, semua bicarain itu. *alhamdulillah isu Manchester United kalah 3-5 melawan Leicester kurang diminati*

    Mendadak pula, semua orang turun tangan. Heboh pada mengetik jawaban. Mulai jawaban nyelekit sampe jawaban yang kalo dipikir-pikir...dipikir-pikir...lelaah. iya, persis lagu Shaden. Astronom dari Lapan misalnya, menyatakan bahwa model matematika dari soalan itu adalah 6x4. Orang tua murid ikut ambil bagian, kebanyakan mencerca si guru yang dianggap gak mengerti konsep dasar matematika bahwasanya kemerdekaan adalah hak segala bangsa maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan a x b = b x a. sampe-sampe profesor matematika dari universitas bergengsi yang terletak di Bandung, ITB, Bukan akronim dari Institut Tambal Ban loh, bukan, akan tetapi Institut Teknologi Bndung, ikut serta memberikan pandangannya. Ini mendadak heboh, jauh lebih heboh dari lanjutan sinetron Ganteng-Ganteng Seringgila...

    Padahal, jika mau berpikir diluar kotak, ada banyak hal yang bisa dicermati dari permasalahan itu, yaitu...

    1. Pemahaman konsep itu perlu. Misalnya konsep berumah tangga. Kalau beda konsep, rumah tangganya bisa bubar ditengah jalan. masi mending kalo jalannya lagi lengang, kalo macet gimana?repot-repotin orang lain juga kan ya? makanya, pahami konsepnya sebelum menikah. lalu apa kaitannya dengan konsep matematika?lihat nomor 2.

    2. Konsep matematika untuk anak kelas dua SD seyogyanya tidak sesulit konsep untuk menikah. itu seyogyanya loh, kalo sesurakartanya, atau sesurabayanya, atau serajaampatnya beda lagi. yang terakhir malah jadi bikin kita males ama matematika, terutama dalam bagian estimasi biaya. Raja ampat mahal, bok!

    3. Sempurna itu bukan milik guru, tapi miliknya Andra and The Backbone. Jangan request sempurna ama guru, karena mungkin gurunya fales. apalagi guru matematika, kemungkinan falesnya lebih besar. Request lah ke radio, bilang untuk seseorang kek, untuk siapa kek, terserah situ deh.

    4. 4x6 tidak sama dengan 6x4 dalam konsep cuci cetak (atau sekarang print deh) foto digital. harganya pun beda. Balik lagi, estimasi biaya kan? coba baca lagi poin nomor 2 deh...

    6. Tidak masalah sebenarnya jika 4x6 dibolak balik jadi 6x4. yang bermasalah itu kalo 4x6 dibalik jadi 5x7 misalnya, atau 12x9. Itu markup. Itu kerjaannya kontraktor, bukan guru, apalagi kita. Markup itu kadang bikin kontraktor jadi hilang kontrak dan tinggal kolor...

    7. Permasalahan 4x6 dan 6x4 itu tidak ada kaitannya dengan isu kenaikan harga BBM. jadi diharap para penjual yang ngikutin berita jangan seenaknya naikin harga sembako. Selain gak ada kaitannya, juga bikin ibu-ibu tambah sebel. Ini kesempatan sebenernya, selagi ibu-ibu kesal ama guru, coba tawarin apa gitu, ember kek, daster, panci presto atau apa gitu. Biasanya ibu-ibu kalo kesel suka kalap belanja.

    8. Percayalah, ini nomor 7. nomor 5 lupa ditulis.

    9. Masi ngotot mau terusin? aku sih enggak. Ngapain coba?pasti lanjutannya tambah garing...

    10. Mari kita menjalin persatuan dan kesatuan dalam bingkai kerukunan antar umat yang sering menjadi korban matematika. Meski menjalin persatuan dan kesatuan itu adalah slogannya TVRI, tapi bukan tidak mungkin kita aplikasikan dalam diri kita. Contohnya, mari bersatu mempelajari konsep matematika secara lebih menyeluruh. Jangan takut dengan matematika, takut itu cuma sama Tuhan kalo kata ustad saya sih.

    Jadi, demikian pemaparan tentang 4x6 yang sama dengan atau tidak sama dengan 6x4. Serahkan pada yang berwenang, kritik seperlunya, jangan nyinyir kaya bibi-bibi, juga jangan suka menyalahkan membabi buta. kasihan babinya, udah keseringan digunain buat ngata-ngatain orang, buta pula. 

    Akhiru kalam, kita masih banyak PR, jangan berlarut dengan satu PR yang sebenarnya bukan permasalahan penting. Coba selesaikan PR yang lebih penting, misalnya aku contohin nih, bagaimana caranya bisa menetapkan tanggal pernikahan. Itu PR cukup besar, berkaitan dengan kelansungan generasi juga, dan berkaitan dengan ketahanan mental. Jika ada dari kalian yang membaca paragraf terakhir ini kemudian mendadak nyeletuk "Jadi Kapan, No??", percayalah, kalian minta kena sepak!.


    Kututup dengan pantun dari temanku, Yeyen namanya, "4x4=16, Sempat tidak sempat, sempat tidak sempat, sempat tidak sempat dan sempat tidak sempat, harus dibalas". salahkan kurikulum 4x4 yang sama dengan 4+4+4+4 yang menyebabkan pantun itu mengalami penyesuaian...

    2 komentar:

    1. no. 8 nya dodooool!
      eh ga, semuanya dodooolll!

      BalasHapus
    2. Dan aku baru liat komen kee. Hahaha...
      Masalahnya juga dodol sih,ya di dodol dodolin laah. Haha

      BalasHapus

     

    About