• Bukan catatan pra-sejarah!

    KAMPRET JILID TIGA : Bukan Daging Rebus Biasa....!!!



    Oke, sekarang sudah genap lima bulan, sudah bisa di cek laki laki atau perempuan. *maksudnya ???*

    Rasanya baru kemarin terbengong-bengong di bandara, dengan suhu yang membuat kutu dikepala menggigil. Hari ini,itu kutu udah nyantai dikepala,dengan bikini mungkin,sunbathing,menikmati matahari di musim sauna ini.

    Dan atas pertimbangan kemashlahatan ummat,rambut ini batal dikriboin. Menilik situasi dan kondisi yang tidak berpihak, seperti sering disirami orang karena dikira bonsai, sering dilihatin dengan tampang mlongo oleh anak-anak yang kemudian nangis kenceng, yang paling parah adalah sering menyemaikan ketombe yang menyebabkan kegatalan yang maha dahsyat. Maka kemudian potongan cepak menjadi pilihan. Well,tidak dibikin cepak kotak kotak ala Jokowi,tentu saja (walaupun pengen sihh,tapiii.....takut malah dikira bola terus disepakin...naudzubillah)

    Dan cerita berlanjut tentang daging rebus...
    Iya,daging rebus!!!
    Adalah kebiasaan di Daerah Aceh bagian Besar, merayakan kedatangan Ramadhan salah satunya dengan merebus daging. Kenapa dengan merebus daging? Karena tentu saja konyol jika menyambut kedatangan Ramadhan dengan karpet merah dan kalungan bunga. Juga,meskipun Ramadhan amat sangat bernilai, tetapi tidak juga dengan mengajaknya foto bareng,atau dimintai tanda tangan.

    Ramadhan itu....bukan anggota boyband smash!!. Catat!!!

    Adalah Ramadhan penghulu segala bulan, bukan penghulu yang menikahkan pasangan yang dimabuk asmara, akan tetapi penghulu dari segala bulan, dimana banyak kenikmatan dibagi oleh Tuhan, banyak diskon dosa dan bonus-bonus pahala dibagikan. Juga,tersebutlah suatu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan, Lailatul Qadar namanya. Ya, Ramadhan adalah bulan dimana orang yang merasa beriman dipanggil untuk berpuasa, untuk menahan diri dari segala macam godaan. Demikian kira-kira Ramadhan itu.

    Nah, menyambut bulan yang dinanti nanti ini,ada bermacam hal yang dilakukan, ada yang beramai ramai pergi ke pantai,seakan akan itulah perjumpaan terakhir mereka dengan pantai. Ada juga yang lari keliling lapangan. Oke,ini aneh, kenapa dia keliling lapangan ? "Agar stamina saya cukup,mengingat harus shalat tarawih dua puluh rakaat,bang." begitu kata si pelari tersebut. Ada juga yang menghabiskan waktu berdua duaan,ditempat gelap,memadu kasih. "Gak boleh lagi bang kalo udah Ramadhan,haram!!!" ujar si lelaki yang diamini oleh pasangannya, sesaat sebelum mereka digrebek WH.

    Lalu ada apa dengan daging rebus ?
    Penampakan si Daging Rebus (dicomot dari sini )

    Oke...begini ceritanya.

    Dahulu kala, dijaman kakek atau mungkin buyut kita masih ganteng dan nenek masih molek, namun harus hidup tanpa kulkas, microwave atau makanan kaleng, mereka berpikir bagaimana caranya bisa membuat makanan yang awet, tahan lama dan tentu saja, tanpa formalin. Entah siapa pada awalnya yang memulai,yang jelas, endatu kita tersebut sangat jenius. Dia merebus daging, dilengkapi dengan lemak (katanya namanya gapah,red) dengan cuka khusus yang didapat dari afrika. Ah,bukan...bukan dari Afrika. Cuka itu adalah cuka enau, atau ijuk, atau ijok kalo orang kampung saya bilang (dikota malah katanya cuka air kasih,sesuka wawak dia aja nerjemahin,kan?). Nah,daging direbus dengan bumbu-bumbu sederhana, plus cabe rawit bulat segar-segar hingga empuk. Voila, jadilah daging reuboh, atau menurut bahasa native speaker indrapuri dan montasik adalah "Sie Reuboh". Sebagai catatan, selama didiamkan,lemak pada daging rebus itu akan mengeras dan menjadi protektor alami masakan tersebut. Ini membuatnya tahan lama,berbulan bahkan!

    Kedahsyatan cita rasa sie reuboh ini melegenda. Kini, aku, yang entah generasi keberapa dari para endatu, juga mengamini, bahwasanya sie reuboh atau daging rebus itu luar biasa. Dan ya,menuliskannya saja membuat air liurku menetes (yang tentu saja tidak kujilat lagi..karena itu jorok!!!).

    Balik lagi, karena aku sekian kilo jauhnya dari kampung halaman, menyebabkan aku kehilangan kontak baik lahir maupun batin dengan daging rebus tersebut. Ramadhan kali ini,kulalui tanpa dia, dan sepertinya ada yang kosong.
    Iya,belangaku kosong tanpa daging rebus, dan sahur pertamaku lewat tanpa dia. Aku sedih dan merana (dan iya ini lebay)

    Berada jauh dari kampung halaman, dan saat ini di Taiwan, bukan berarti aku harus menyerah kalah pada nasib. Maka, kukumpulkan saja keberanianku untuk membuat daging rebus tersebut. Namun ternyata,yang terjadi adalah, aku bukannya membuat daging rebus,malahan daging asam pedas atau bahasa polandianya "Sie Masam Keueung".

    Walaupun begitu,aku tidak berkecil hati, sambil memakan daging asam pedas tersebut,kutatatap foto daging rebus yang dengan kurang ajarnya dikirimkan oleh temanku. Aku merasakan sahur pertamaku dengan daging asam pedas plus bayang bayang daging rebus diotakku.

    Tentu saja,aku tidak sahur dengan Indomie...

    Ini ceritaku, dan mana ceritamu ?
    (sebuah penutup cerita yang aneh...ini cerita daging rebus,apa iklan mie instant ?)

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    About