• Bukan catatan pra-sejarah!

    "Mari kita bersama menggugat Perempuan Indonesia"*














    " Kenapa Kartini? Kenapa bukan Cut Nyak Dhien? Kenapa Bukan Christina Martha Tiyahahu? Kenapa bukan Cut Tari, Syahrini, atau Agnes Monica? Kenapa bukan ....." (Silahkan isi titik-titik tersebut sendiri sesuka hati)

    Ini adalah jenis pertanyaan yang gak bakalan ada habisnya, "bertahan hingga akhir masa nanti" kaya slogan radio Kontiki sebelum tsunami.  :/

    Di 21 April, kita atau beberapa dari kita, atau beberapa dari teman kita, entah makcik atau bibi kita, entah paman atau wawak kita, atau entahlah siapa mereka itu, sepertinya berlomba untuk melakukan "pembaharuan sejarah" versi masing-masing. Iya, sepertinya salah aja merayakan hari Kartini pada tanggal keramat tersebut. Alasannya tentu saja beragam. Ini gencar terjadi setelah reformasi, setelah mahasiswa teriak-teriak minta diturunkan harga beras dan sembako, kemudian Presiden Indonesia kala itu lengser. Kini kita, atau beberapa dari kita pengen Kartini yang lengser dari kalender.

    Terlepas apapun alasannya, di era internet yang katanya modern ini, tiap 21 April Kartini digugat!.

    Aku besar di era 90-an. Era dimana ketika soundtrack intro film Candy-Candy di minggu pagi diputar maka itu pertanda jangan ada yang berani memindahkan saluran televisi karena adik perempuanku mau menonton film kartun tersebut. Terkadang pertempuran bisa terjadi akibat soundtrack tersebut. Candy-Candy saja kah? Tentu tidak!. Ada Usagi Tsukino a.k.a Sailor Moon, yang mana setelah film kartun itu diputar, adikku dan gengnya akan berebut, siapa yang jadi Sailor Moon, siapa yang jadi Sailor Mars, Jupiter dan lain-lain. Tidak ada yang berebut menjadi Luna, si kucing keling itu. Dan dapat ditebak, peran Tuxedo Bertopeng selalu jatuh ke tanganku. (plakkkkk!!!!!). Ini adalah salah satu pahlawan-pahlawan masa kecil, ya meski mereka cuma pahlawan rekaan saja. Pahlawan yang bisa dibunuh dengan memencet tombol remote televisi, atau ketika PLN dengan genit mematikan aliran listrik. Punah lah Sailor-Sailor tersebut.

    Ada perempuan yang terkenal dan berjuang hingga akhirnya meninggal, dialah Marsinah. Ya, Marsinah mewakili suara kaum buruh, berupaya memperjuangkan nasib mereka dari bagian jahat kapitalisme yang mengebiri (hassseekk....Kapitalisme, mengebiri bahasanya..:)) ) hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan. Nah, perjuangan Marsinah ternyata dianggap sebagai benalu bagi mereka yang bernafas dengan mengebiri hak-hak buruh tadi. Singkat cerita, pergerakan Marsinah harus diakhiri, termasuk dengan merebut paksa hak hidupnya. Demikian, hingga hari ini, tanpa harus ada perayaan hari Marsinah, aku mengingat apa yang dilakukan Marsinah. Pertama, dia adalah perempuan yang kuat mentalnya, kedua dia memperjuangkan hak-haknya dan kaum buruh yang merupakan bagian dari dirinya juga. Terakhir, dia bukan perwakilan negara api

    Lalu apa kaitannya dengan Kartini? Sederhana kakak, keduanya adalah perempuan, dan masing-masing memperjuangkan apa yang mereka anggap sebagai hak mereka. Masing-masing dari mereka punya alasan tentang apa-apa yang mereka anggap sebagai hak yang dirampas dan apa-apa yang mereka anggap sebagai salah satu bentuk perjuangan. Oke, katakanlah Kartini lewat surat menyurat dengan rekan londo nya, atau Marsinah melakukan protes pada para pemilik modal atau mereka-mereka yang mengelola modal si pemilik, atau Cut Nyak Dhien yang berjibaku berperang gerilya, dan lain sebagainya. Mereka melakukan effort atau usaha untuk melakukan perubahan. Entahlah, pada masa Cut Nyak Dhien apakah sudah tersiar kabar soal mempersatukan Nusantara menjadi Indonesia, aku tidak yakin, sebab pada masa itu Indonesia masi jauh dari ada. Saat itu Cut Nyak Dhien membela hak-haknya yang dirampas penjajah, awak kaphe sebutan kepada para penjajah tersebut, dan usaha yang dia lakukan termasuk didalamnya berperang secara fisik. Yang namanya penjajah, pastinya melakukan tindakan-tindakan "menguasai" kan ya? Menguasai tanah lah, menentukan siapa-siapa yang harus direkrut dan dibasmi lah, pokoknya yang dilakukan upaya-upaya yang sama dengan apa yang ingin dilakukan Gorgom dan Kerajaan Crisis ketika mereka memasuki atmosfer bumi. (siapa itu Kerajaan Crisis? baca disini yes!)

    Tapi pertanyaannya, apa kita memang berencana membuat urutan diantara perempuan-perempuan pejuang ini? Kita mau membaginya sesuai kepahitan hidup kah? Berdasarkan siapa yang paling tragis di akhir hayatnya kah? atau bagaimana ini ceritanya dulu?

    Katakanlah, karena Kartini cuma mampu surat-suratan, memperlihatkan surat-suratnya itu kepada publik dalam bentuk rangkuman "Habis Gelap Terbitlah Terang", lalu kemudian kita menyatakan usahanya itu paling ringan karena bukan pertarungan yang berdarah-darah?
    Lalu karena Marsinah yang kemudian dibunuh (entah oleh siapa, hingga kini masih kabur kabarnya) atau Cut Nyak Dhien yang berperang, ditangkap, diasingkan dan meninggal jauh dari kampung halamannya, maka mereka pantas untuk dilabeli sebagai perempuan perkasa nomor satu dan nomor dua?

    Entahlah, kita makin banyak informasi, tapi sepertinya pemikiran kita semakin mundur. Kalau kata orang dikampungku, Otak kita atret, Gigi Mundur, kurang Omega 3.

    Disaat kita pantasnya mengangkat derajat para perempuan, tapi justru yang kita lakukan adalah mengkotak-kotakkan perempuan, menerjemahkan peran mereka sesuai dengan apa yang kita anggap benar, kemudian tak jarang meremehkan apa yang mereka lakukan.

    Ini sama saja dengan jaman Jahiliyah. di zaman itu perempuan diterjemahkan sesuka hati oleh mereka yang berkuasa, entah para lelaki ataupun perempuan lainnya. Dan kita melakukannya lagi, hari ini. Zaman dulu, Umar bin Khattab tidak memakai tablet android dan mengakses informasi di Google dari Mekkah. Informasi amat terbatas, maka amat sangat wajar Tuhan mengirim utusannya untuk mengabarkan, untuk memperbaiki jalan mereka yang jahil tersebut. Nah, sekarang, waktu kalian membaca artikel ini, kalian terhubung dengan internet, dengan jagat maya maha luas yang bahkan informasi "cara membuat terasi di kutub utara" pun kurasa ada. Dan apa yang kita dapat mengenai menghargai perjuangan perempuan? Kita menggugat perempuan, tiap 21 April, dan mungkin berimbas di hari-hari lainnya pula.

    Kita, laki-laki dan perempuan yang menggugat perempuan-perempuan yang sudah berupaya semampu mereka, tidaklah jauh lebih hebat. Membandingkan usaha yang telah mereka tempuh pun, tidak membuat kita jadi lebih pintar dan bijak. Yang seharusnya kita ingat saat ini adalah menerjemahkan semangat dan upaya perempuan-perempuan tersebut sesuai dengan kondisi perempuan saat ini, dimana:

    - Perempuan yang dipaksa membuka atau memakai Hijab/Kerudung/Jilbab *diedit sedikit, karena ada yang komentar dan menambahkan, aku kan anak baek kan yaa, jadi aku underline juga deh, bonus :p*
    - Perempuan yang diperkosa
    - Perempuan yang hamil tapi tidak mendapat tempat duduk di kendaraan umum.
    - Perempuan yang sampai saat ini mungkin masih terperangkap/disekap dan dipekerjakan untuk melayani nafsu laki-laki.

    dan masih banyak lagi perempuan-perempuan yang hak-haknya dipasung, yang hak-hak mereka belum bisa mereka dapatkan, entah dalam hal pribadi maupun kelompok. Dan kita, di era yang "Orang luar udah pergi ke bulan lohh..." masih tetap mengawali hari di 21 April dengan kalimat "Kenapa harus Kartini? Kenapa Bukan Cut Nyak Dhien?"

    Man, Get a Life!. Kita termasuk golongan orang-orang yang kurang piknik!    

    *Judulnya sengaja pakai tanda kutip, itu sarkasme kecil-kecilan niatnya, mohon jangan dibully ya kakak-kakak dan abang-abang yang manis tapi tidak semanis sayaaah.....

    4 komentar:

    1. Mantab Liiiii :D

      http://bungonglimeng.tumblr.com/post/74140741321/you-are-a-writer-you-write-with-your-camera

      BalasHapus
    2. Hahaha....
      Mantap boh limeng lagi laaa....:p

      BalasHapus
    3. boh sunti lebih mantap wakk.....!!!

      BalasHapus
      Balasan
      1. Hahaha, boh manok di peuleumak lebih mantap lagi, waak!! hahaha...

        Hapus

     

    About