• Bukan catatan pra-sejarah!

    Kisah Abang - Adek


    Malam hari. Suasana temaram. Beberapa batang lilin menyala dan diletakkan disudut-sudut tertentu. Bagi beberapa orang, suasana seperti ini terbilang hangat dan romantis. Tapi bagi si Abang dan si Adek, ini adalah malam dimana mereka mengutuk PLN didalam hati mereka. Iya, ini malam pemadaman listrik yang katanya bergilir. Namun, tanpa pemberitahuan tentu saja.

    Di ruangan tersebut duduk si Abang dan Si Adek bersama lilin dan lampu emergency yang mulai redup. Kehabisan baterai.

    "Bang..." si Adek bersuara.

    "Tuan, Dek". Jawab si Abang.

    "Abang lagi baca apa? Kok Adek liat Abang serius kali." Tanya si Adek.

    "Abang lagi baca paper nih, Dek". Jawab si Abang. Matanya tetap terpaku pada lembaran kertas yang disebutnya paper tadi.

    "Paper itu apa, Bang?" Tanya si Adek lagi.

    Si Abang mengangkat wajahnya dan menatap si Adek, ia sedikit tersenyum. "Paper itu karya tulis ilmiah dek. Isinya tentang penelitian atau riset yang dilakukan akademisi yang kemudian dipublikasikan." Ujar si Abang menjelaskan.

    "Hah? Adek gak ngerti, Bang. Apa Abang bilang tadi? Akademisi? Apa itu?" Tanya si Adek lagi. Wajahnya terlihat serius.

    "Akademisi itu orang-orang yang seperti Abang ini, Dek. Terlibat di dunia Akademik. Bisa pengajar, peneliti akademik, pelajar juga." Ujar si Abang, kemudian ia kembali membaca paper yang dipegangnya.

    "Oh, Dosen maksudnya ya, Bang?" ujar si Adek. Si Abang hanya mengangguk pelan tanpa melihat ke arah si Adek.

    Si Adek penasaran. Ia ingin tau paper itu seperti apa. Maka ia berjinjit pelan menuju dimana si Abang duduk. Ia mengintip dari arah bahu si Abang.

    "Kok lain kali bahasanya, Bang?". Tanya si Adek tiba-tiba.

    Si Abang yang tidak menyadari bahwa si Adek sudah berada dibelakangnya, sedikit terkejut. Namun ia tidak marah. "Ini paper nya bahasa Inggris, Dek". ujarnya kepada si Adek.

    "Oh, pantesan Adek gak ngerti. Susah ya, Bang, bahasa Inggris itu?" Ujarnya sambil kemudian bertanya.

    "Dibilang susah, ya gak susah-susah kali juga. Tapi juga gak mudah." Jawab si Abang. Ia lalu melanjutkan "Adek belajarlah bahasa Inggris, biar tau apa yang Abang baca ini. " Ujarnya, memberi semangat kepada si Adek. "Abang belajar bahasa Inggris biar bisa ngerti baca paper ini. Biar abang pintar juga. Kalo kita gak bisa bahasa Inggris, ya cuma baca-baca aja, gak ngerti apa isinya. Makanya, perlu kita belajar bahasa Inggris, dek. " jelas si Abang. Panjang.

    "Tapi abang kan bisa nanya sama Bang Leman. Dia pernah ke luar negeri. Dia bisa Bahasa Inggris juga kan?" Tanya si Adek lagi.

    "Ya, Bang Leman bisa bahasa Inggris juga. Tapi beda lah, Dek. Memang harus paham bahasa Inggris dulu. Kan bukan cuma paper ini aja. Ada banyak lagi. Juga beda lah pasti, kalo Bang Leman jelasin mungkin pemahamannya beda. Kan Bang Leman bukan belajar Teknik kayak Abang." Jelas si Abang lagi.

    "Ohhhh iya, kalo gitu Adek mau belajar bahasa Inggris itu. Biar Adek bisa pintar juga kayak Abang". Ujar si Adek. Penuh kesungguhan dari kalimatnya itu.

    "Baguslah, kalau gitu" ujar si Abang. "Adek jangan ganggu Abang dulu bentar ya? Ini paper penting buat Abang. Besok Abang mau sidang proposal, dek." Ujar si Abang menjelaskan.

    "Ooh...Penting....Iya...Iya". Jawab si Adek.

    Lalu kemudian hening.

    Si Abang masih tetap berkonsentrasi penuh membaca. Si Adek pun sepertinya larut dengan pikirannya sendiri.

    Tiba-tiba...

    "Bang, jadi Abang ngerti Bahasa Arab lah ya?". Ujar si Adek.

    "Hah? Bahasa Arab? Maksud Adek?" Jawab si Abang sambil menatap si Adek. Dahinya mengernyit.

    "Tiap hari adek liat Abang baca Qur'an, kan berarti Abang bisa bahasa Arab lah!" Seru si Adek, kemudian.

    "Oh, itu kan Abang bisanya baca tulisan Arab aja dek". Ujar si Abang.

    Dan, si Adek kemudian bertanya, sebuah pertanyaan sederhana.

    "Jeh, jadi selama ini Abang cuma baca-baca aja?." tanya si Adek.

    "Umm...Iya.. Kayaknya" Ujar si Abang terbata. Dia tidak tau menjawab apa.

    Lalu kemudian hening kembali.

    Hingga...

    "Berarti kalau Abang cuma baca-baca aja, gak ngerti, berarti gak penting, ya?" Tanya si Adek.

    Deg!

    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    About