• Bukan catatan pra-sejarah!

    Selalu ada cara bersenang-senang diantara setumpuk deadline kerjaan.


    Gambar diambil dari sini
    Akhir minggu ceria, hingga aku teringat, deadline kerjaan didepan mata.

    Ya Tuhaaaaan.

    Alih-alih membuka laptop, aku dan yang dipertuan agung datin sri ratu ibu negara beserta temans malah mengunjungi tempat makan yang baru buka. Bakar-bakar ala korea. Asik bakar, ngobrol, cekakak cekikik hingga telfon berdering

    "Joen Sic Calling" Tulisannya di layar.

    Aku mengangkat dengan segera, dan tak sampai 30 detik, aku sudah terbahak-bahak. Percakapan dengan manusia yang satu ini selalu seru. Ibu negara menitip salam disela-sela pembicaraan. Aku larut dalam percakapan bersama sahabat yang kukenal dari kecil, di masa kami sama-sama mengaji di Langgar Kampung Baru, Banda Aceh. Aku bukanlah orang yang punya banyak sekali teman dekat, bertahun-tahun interaksi terbaikku hanya dengan orang yang itu-itu saja. Dia ini adalah salah satu sahabat terbaik yang aku punya.

    Masalahnya adalah, saat ini dia tengah melawan arus utama. Ketika semua sudah terkoneksi, dia memilih untuk lepas dari internet. Semua pemuda berbondong ke kota, dia yang sempat merantau ke luar negeri malah pulang ke desanya. Dia berkata bahwa ibunya kini sendirian, maka dia harus menjaga ibunya. Disaat anak muda lain berlomba-lomba mendirikan start up company, anak ini malah menanam cabe, pinang, dan entahlah apalagi aku tak hapal. Tapi dia bahagia. Setidaknya dia berkata seperti itu. Tapi ya nyusahin, ga punya WA, ga punya Telegram, ga bisa vidcall, telfonnya pun bentuknya kaya remot ac. Cks.

    "Telfon orang kaya, kalo nelfon pake pulsa, bukan wifi gratisan" Ujarnya.

    Jangan berpikir bahwa percakapan kami hanya saling membuli. Tidak. Si joen ini bahkan membahas soal kebijakan Menteri Sri Mulyani dan keresahannya terkait dengan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Bahwa pemerintah seharusnya mengedepankan dan mendukung penuh pengembangan dan inovasi sektor pertanian. Itu belum seberapa. Dia juga membahas krisis ekonomi dan hiperinflasi di Zimbabwe dan ketergantungan terhadap uang kertas yang menurutnya sangat bias sebagai alat tukar. Shock mendengarnya? Tidak. Ini memang percakapan kita. Kalian akan lebih terkejut kalau mendengar kami berbicara tentang jodoh, sampe tai kebo bisa dibawa-bawa.

    Percakapan terhenti, menyetir pulang, dan dilanjutkan kemudian, sampai tak sadar sudah dua jam berbicara. Anak ini datang disaat yang tepat, disaat aku memang butuh recharge setelah melewati banyak hal seminggu ini. Aku sempat bertanya

    "Heh, ini maksud nelpon mau ngabarin sesuatu gitu? Mau ngasih undangan? Apa gimana?"

    Dia tertawa dan berkata 

    "Beloooooom" 

    Akupun tak memperpanjang pertanyaan dan mengalihkan pembicaraan dan tak lama menutup telpon. 

    Hujan lebat, perut kenyang, kombinasi yang mematikan. Seharusnya aku sudah mengambil posisi rebahan saat ini. Tapi membayangkan wajah Bu Pit dan Bu Lucy besok pagi yang menagih janji, membuatku urung menyalin pakaian. Dan, pukul 23.00 nanti Sheffield United bertanding melawan Manchester United. Dan, deadline belum disentuh. Dan skripsi mahasiswa belim dikoreksi, dan...dan...dan. Ada banyak dan dan lainnya yang bikin kepalaku mendadak migren.

    Besok senin. 

    Horor?

    Nope, Bring it on! 






    0 komentar:

    Posting Komentar

     

    About