• Bukan catatan pra-sejarah!

    Pertanyaan Sederhana


    "Adek pilih yang mana, mau coklat atau eskrim?" tanya seorang mama muda pada anaknya, yang sama ngegemesinnya kayak mama nya.

    "Mo ets klim mamah...ena'an ets klimm. ade mo ets kliim. "ujar anak kecil yang dipanggil adek itu. gemes!!. pengen cubit pipi mama nya yang lucu itu rasanya.

    Lalu..

    "Budi, kamu maunya mama beliin kaos Ben 10 atau spongebob ?" kali ini yang bertanya adalah mama yang setengah baya pada anaknya yang kelas 3 SD.

    "Mau Ben 10, ma. Kata kawan Budi, beli kaos dapat jam tangan, Ma. Mama jangan lupa tanyain ya?" Ujar si anak bernama Budi yang belum tentu nama abangnya Anto tersebut.

    Kemudian...

    "Aku mau masuk Boarding School yang itu, bu. Walaupun jauh, kata kakak kelasku sekolahnya bagus." ujar seorang anak perempuan pada ibunya.

    "Tapi kamu janji sekolah yang bener ya? Soalnya Boarding School itu mahal Nak" Ujar ibu tersebut sambil menyiram kepala suaminya bunga.

    "Lalalala...Yeyeye...." teriak si anak sambil bergoyang cuci-jemur-cuci-jemur ala tayangan musik di tivi swasta nasional.

    Juga...

    "Genk, kalo lulus SMA, kita harus bisa tembus Universitas Indorasa, genk. Soalnya kampusnya asri dan deket kalo mau kemana-mana genk" ujar seorang remaja tanggung yang tengah menunjuk ke satu arah. Kebetulan ada yang lewat sekian meter jaraknya dari tempat ia menunjuk. Yang lewat tersebut pun mendadak pucat pasi, melihat ada gerombolan anak SMA sedang duduk dan salah satu sedang menunjuk ke arahnya. Ia hanya bisa merapal do'a tolak bala.

    "Ngapain ke universitas itu, genk? mending kita rame-rame masuk ke Universitas Goyang Maaang. ademan disitu lagi. " jawab temannya, yang tengah menunjuk ke langit. Entah kenapa mereka kompak menunjuk-nunjuk hari ini. Entah mungkin karena azas persahabatan, entahlah.

    "Aku maunya masuk Institut Tambal Ban saja, walo jauh, lebih bersih, lebih sejuk, asrama puterinya deketan ama asrama puteranya, terus juga ilmu tambal bannya lebih mantap dibandingkan sekolah lainnya" ujar anak yang lain, sambil menunjuk hidungnya. Menunjuk? Hmm, lebih tepat dikatakan sedang ngupil sih.

    Kemudian lagi...

    "Dek Yus gak mau dipaksa milih Bang Adnan, Nyak. Apa si Bang Adnan tu, tiap ari suit-suitin cewek-cewek aja kerjanya. Kop Brat Gatai dia. " Ujar Yusniar pada ibunya.

    "Yus, dengar lah nyak bilang. Dia Meugatai karena belom nikah. Ayahnya dulu gitu juga, tapi setelah nikah gak pernah lagi ganggu-ganggu cewek lain. Memang sih orang bilang dia kawin tiga, tapi Nyak gak pernah liat. Mungkin orang fitnah aja tuh. Kan si Adnan ganteng, Na keurija, na honda supra, pu nyang kureng, Neuk?" beber ibunya agak panjang.

    "Alah Nyak ini, gak mau Dek Yus nanti di madu. Dek Yus juga udah punya pilihan, Nyak" jawab Dek Yus.

    "Siapa ?" tanya ibunya menyelidik

    "Si Bang Jek, Nyak. Yang jual mie goreng di peukan. Dia baek orangnya, Nyak. Gak pernah dia ganggu-ganggu Dek Yus. Malah orangnya rajin shalat. Pas Dek Yus datang mau beli mie, pas adzan Ashar, dia suruh tunggu bentar dia mau shalat katanya" jawab Dek Yus, berbinar-binar.

    "Ka Keuh meseu meunan, besok Nyak mau tanya-tanya orang kampung soal si Bang Jek itu." ujar sang ibu sambil membelai rambut anaknya.

    "Betul Nyak? Alhamdulillah". girang Dek Yus.

    Lagi-Lagi...

    "Kamu pokoknya masuk tentara, kamu harus jadi tentara seperti Ayah". Tegas si Ayah, dengan tatapan yang amat tajam.

    "Tapi, Yah..." belum selesai si anak bicara ayahnya langsung memotong

    "Gak ada tapi-tapi. Kalau kamu gak mau jadi tentara, kamu keluar dari rumah ini." sang ayah mulai berapi-api.

    "Jadi Timmy gak boleh buka salon, Yah ?" Ujar anak yang memanggil dirinya Timmy tersebut, ia kemudian berlari memeluk gorden.

    "Timmy...Timmy. Nama kamu Timsar, sejak kapan berubah jadi Timmy? Apa itu salon-salonan, pokoknya pilihan kamu tentara atau keluar dari rumah ini. TITIK!" ujar ayahnya kemudian berlalu. Perut ayahnya yang sedikit buncit sempat menyenggol vas bunga yang kemudian pecah berserakan di lantai.

    Hatta...

    Sedari kecil sepertinya kita sudah diajari memilih, diajari untuk mengenali pilihan dan berargumentasi dengan pilihan kita tersebut berdasarkan berbagai hal yang kita inderai. Enak-Tidak Enak, Bagus-Tidak Bagus, Susah-Mudah, Ringan-Berat, apapun itu kita selalu punya alasan untuk menetapkan pilihan. Mungkin pada awalnya orang tua, pengasuh, atau wali kita yang memilihkan yang terbaik, menurut mereka, untuk menjadi pilihan kita. Meski terkadang pilihan itu tidak tepat benar, tapi kita menerima karena mungkin keterbatasan pengetahuan kita atas ragam pilihan tersebut. Namun, seiring waktu, kita belajar dan mempelajari pilihan-pilihan yang muncul, kita mulai memikirkan, menimbang-nimbang, dan mengambil keputusan untuk memilih. Benar atau salah kadang menjadi bias, kadang benar menjadi salah dan sebaliknya, tergantung bagaimana kita melihat, memahami, menilai, tentang berbagai macam pilihan yang datang dalam hidup. Hingga nantinya kita selesai dengan hidup, maka kembali ke dasarnya, bahwa orang lain yang memilihkan, dan tentu saja yang menurut mereka benar.

    Hari ini kita masih hidup, bukan? Masih bisa memilih bukan ?

    Nah, kalau saja seandainya untuk bakso atau siomay aja kita masih memilih, untuk nikah dengan Gita Gutawa atau Agnes Monika juga kita memilih, juga ketika masuk akademi kepolisian atau akademi keperawatan kita juga memilih.....

    KENAPA KEMUDIAN UNTUK KELANSUNGAN NEGARA, KITA MENDADAK GOLPUT ?

    :p

    2 komentar:

    1. bwahahaha giling kee bang....jadi terhibur saia dengan sepenggal kisah ini.... MANTAPH!!! #gantianbacalupusyangterlalupanjangitu :D :D

      BalasHapus
    2. Hahaha, Ona, jangan serius2 kali. udah pening kita ni dengan tesis yang tak seberapa mana itu kan ya? hahahha.....:))

      BalasHapus

     

    About